Senin, 08 November 2010

laporan perjalanan gunung bawakaraeng


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gunung Bawakaraeng berada di wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Di lereng gunung ini terdapat wilayah ketinggian, Malino, tempat wisata terkenal di Sulawesi Selatan. Secara ekologis gunung ini memiliki posisi penting karena menjadi sumber penyimpan air untuk Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjai.
Bawakaraeng bagi masyarakat sekitar memiliki arti sendiri. Bawa artinya Mulut, Karaeng artinya Tuhan. Jadi Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan. Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali. Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijjah, bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Tepat tanggal 10 Zulhijjah, mereka melakukan salat Idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng atau di puncak Gunung Lompobattang.
Pada tanggal 26 Mei 2004, terjadi tragedi longsor di kaki Gunung Bawakaraeng, tepatnya di Kecamatan Tinggimoncong. Musibah longsor ini menewaskan 30 warga dan menimbum ribuan areal sawah dan perkebunan. Eks wilayah longsor tersebut mengakibatkan daerah aliran sungai (DAS) menjadi labil. Setiap musim hujan, lumpur di kaki Gunung Bawakaraeng mengalir masuk ke Bendungan Bilibili, bedungan terbesar di Sulawesi Selatan yang ada di Kabupaten Gowa, yang menjadi sumber air baku di Gowa dan Makassar. Lumpur juga mengalir masuk ke Sungai Jeneberang, sungai terbesar di Gowa yang membelah Sungguminasa ibukota Kabupaten Gowa serta membendung Kota Makassar di wilayah selatan.

B. TUJUAN PENULISAN
  1. untuk mengetahui karakter gunung bawakaraeng
  2. untuk mengetahui aktivitas masyarakat setempat pada parayaan idul adha di puncak gunung bawakaraeng
  3. sebagai laporan hasil laporan perjalan yang dapat di gunakan sebagai acuan pada pendakian berikutnya,

BAB II
TINJAUAN UMUM

A.   GAMBARAN UMUM
Gunung Bawakaraeng berdiri dengan ketinggian 2.830m d.p.l, dan berada pada posisi 119°56'40" BT dan 05°19'01" LS. dan suhu minimum adalah sekitar 17°C hingga maksimum 25°C. Hutan gunung ini didominasi oleh vegetasi hutan dataran rendah, hutan pengunungan bawah dan hutan pegunungan atas. Tumbuhan yang banyak ditemui diantaranya Jenis pinus, anggrek, edelweis, paku-pakuan, pandan, cengkeh, santigi, rotan, lumut kerak dan lain sebagainya. Sedangkan untuk jenis fauna yang bisa ditemui antara lain, Anoa, babi hutan, burung pengisap madu, burung coklat paruh panjang dan lainnya. Gunung ini merupakan darah tangkapan air untuk Kabupaten Gowa, Makassar dan Sinjai. Juga merupakan hulu sungai Jene' berang. Serta merupakan Kawasan Hutan Wisata. Gunung ini juga termasuk kedalam kawasan Hutan Lindung Lompobatang
Pada bulan menjelang Idhul Adha, Gunung ini menurut penduduk akan menjadi sangat ramai, karena sebagian kecil masyarakat di kabupaten Gowa percaya, kalau mendaki Gunung bawakaraeng, sama dengan melakukan perjalanan ke Tanah Suci, jadilah istilah Haji Bawakaraeng. Gunung Bawakaraeng yg posisinya sangat dekat dengan laut, juga pada malam hari kota Makassar terlihat begitu indah dari puncak bawakaraeng, ternyata gunung ini menyimpan banyak misteri, dan banyak juga legenda Mistis yg melekat di gunung ini.Dibalik itu, sebagai gunung yg paling sering dikunjungi dan pada bulan - bulan di musim penghujan, kondisi cuaca di gunung ini menjadi sangat buruk dan sering terjadi badai di pegunungan lompobatang. Waktu kunjungan terbaik biasanya di anjurkan pada bulan Mei - September, karena pada bulan tersebut cuaca lumayan baik dan pemandangan alam akan begitu terlihat indah. Gunung ini hanya berjarak 75 km dari Kota Makassar dan menjadikan gunung favorites bagi pendaki di Kota Makassar dan sekitarnya.Rute PendakianSecara Geografis, Gunung Bawakaraeng terletak di Kabupaten Gowa, akan tetapi pencapaian menuju puncak gunung ini dapat dilakukan dari dua jalur yaitu, jalur Lembanna yang juga terletak di kabupaten Gowa. Dan jalur satunya adalah jalur Tassoso' yang terletak di Kabupaten Sinjai.JALUR LEMBANNA Lembanna terletak disebelah Utara Laut puncak Bawakaraeng. Daerah ini juga berada tepat dikaki gunung Bawakaraeng dengan ketinggian 1.400m d.p.l, pada posisi koordinat 119°54'18" BT dan 05°15'15" LS. Mata pencaharian penduduknya adalah bertani.



B.   WISATA ALAM
Ada beberapa tempat menarik yang bisa dikunjungi disekitar gunung Bawakaraeng ini antar lain :
1.    Air terjun di wilayah Tassoso' degnan tinggi 50 meter dan terletak pada ketinggian 1.470m d.p.l. Dapat dicapai dengan alan kaki dengan jarak tempuh 5 jam pulang pergi, selain air terjun terdapat juga beberapa goa.
2.    Di wilayah Lembanna dijumpai juga sebuah air terjun dengan ketinggian 15 meter dan terletak pada ketinggian 1.514 mdpl dan dapat dicapai dengan jalan kaki. Memakan waktu tempuh sekitar 1 jam pulang pergi.
3.    Air Terjun Malino
4.    Air Terjun Takapalu
5.    Air Terjun Ketemu Jodoh
6.    Taman Wisata Hutan Malino

BAB III
SISTEMATIKA PERJALANAN


Kronologis Perjalanan
Selasa, 24 November 2009
15.30 wita     Sore itu saya memanfaatkan untuk lari – lari sore mengelilingi lapangan sepak bola POLESA yang tepat berada di depan MABES MAPATEK STT-Baramuli Pinrang bersama dengan teman yang bernama Fheris. Setelah mengelilingi Lapangan sebanyak  7 (tujuh) putaran akhirnya kami memutuskan untuk istrahat. Dengan keringat yang bercucuran kami duduk melepas lelah. Tiba – tiba kanda fauzan (ocang) yang dari tadi menyaksikan kami dari pinggir lapangan mengajak saya untuk mendaki ke gunung Bawakaraeng dalam rangka menyambut idul adha, tanpa berfikir panjang saya pun menyetujui  ajakan tersebut, kemudian saya bertanya kita berangkatnya kapan? Katanya besok hari rabu kita sudah berangkat ke Makassar. Dengan demikian sore itu juga saya pulang kerumah untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Rabu, 25 November 2009
11.00 wita     suasana sekretariat Mapatek tidak seperti biasanya sebab siang itu saya dan Kanda Fauzan lagi sibuk Packing barang untuk kegiatan mendaki gunung Bawakaraeng. 
15. 30 wita    Setelah semua perlengkapan yang kami butuhkan di sekretariat telah kami packing kami pun berpamitan dengan teman-teman dan memohon doa restu kepada segenap pengurus MAPATEK.
16.25 wita     kami berangkat menuju Makassar, sesuai rencana saya naik kendaraan mobil sewa menuju Makassar dan kanda Fauzan menggunakan motor bersama salah satu teman yang kebetulan saat itu akan ke Makassar juga untuk urusan bisnis. Di Makassar kami akan bermalam di rumah kanda fauzan di jalan Rappocini sebelum melakukan pendakian.
20.30 wita     sekitar 4 jam perjalanan dari Pinrang akhirnya sampai di Makassar tepatnya di depan salah satu kampus ternama yaitu  STIMIK Dipanegara, berhubung saya tidak tahu jalan menuju Rumah Kanda fauzan, jadi saat itu saya kemudian menghubungi Aslan ( wakil ketua MAPATEK) yang saat itu kebetulan melakukan Praktek di Kampus UNHAS.  Aslan kemudian Muncul dari dalam lorong bersama Budiman (anggota MAPATEK) Dengan mengendarai motor. Mereka kemudian mengantar saya untuk beristirahat di rumah yang mereka tempati sambil menunggu Kanda fauzan.  Tak berselang berapa lama kanda fauzan pun tiba kami kemudian melanjutkan perjalanan kerumahnya. Malam itu kami beristirahat untuk persiapan perjalanan esok harinya.

Kamis, 26 November 2009
08.00 wita Pagi yang mendung tidak mengurangi semangat kami untuk mendaki Gunung bawa karaeng. Setelah sarapan pagi kami ke Sekretariat MAHORPALA UNM untuk meminjam Trangia  dan mengajak anggota Mahorpala yang saat itu berada di seKretariat untuk ikut mendaki namun karena mereka ingin pulang kekampung halaman masing untuk Lebaran Idul adha Jadi tidak ada yang bisa ikut. Sepulang dari sekretariat Mahorpala kami singgah terlebih dahulu membeli ransum/logistic si salah satu toko.
11.00 wita     setelah selesai packing ulang barang kami kedalam carrier kemudian berangkat menggunakan motor menuju Desa Lembanna kecamatan Tinggi Moncong kabupaten Gowa dengan ketinggian. Untung siang itu  mendung jadi di perjalanan kami tidak kepanasan, Di dalam perjalanan kami singgah untuk membeli baterai untuk kamera digital, naik gunung tanpa kamera bagai makan tanpa lauk, Dengan di bonceng kanda fauzan Sepanjang perjalanan betul-betul saya nikmati apalagi setelah memasuki daerah kecamatan Tinggimoncong yang mulai dingin ditambah hujan gerimis menghiasi perjalanan kami. Memasuki kelurahan Malino yang menjadi salah satu ikon kabupaten Gowa memang betul indah pemandangan mulai dari struktur bangunan yang tertata rapi hingga hutan Pinus yang juga tertata dengan baik  menambah keindahan perjalanan kami.
14.00 wita     Setelah kurang lebih 3 jam perjalan akhirnya kami sampai didesa kaki gunung bawakaraeng desa Lembanna, kami beristirahat di rumah salah satu masyarakat yaitu Tata SUPU berhubung kedatangan kami disambut hujan dan sudah merupakan kebiasaan sebelum mendaki harus berkonsultasi dengan warga, dari desa Lembanna karakter perjalanan sudah mulai terlihat.
14. 10 Wita    Setelah hujan mulai reda kami sudah siap untuk melakukan pendakian, kami berjalan kaki mulai dari rumah Daeng TATA SUPU kemudian melewati petak demi petak perkebunan sayur warga setempat. Belum jauh berjalan gerimis kembali turun. Target kami adalah sampai pada Pos 5 dan kami usahakan sampai sebelum gelap. Pendakian menuju pos 1 merupakan hutan Pinus.
14. 45 wita    Sampai di pos 1, kami beristirahat sejenak dan mengambil sebuah botol aqua yang tertinggal di pos 1 itu kemudian di isi dengan air bersama dengan botol-botol yang kami bawa, aliran air yang sangat jernih dan dingin mengalir di samping pos 1 sehingga sangat layak untuk camp. Setelah botol-botol telah terisi, perjalanan kami lanjutkan dengan diguyur hujan  tetapi tidak begitu deras menemani langkah demi langkah perjalanan kami disertai kabut tipis.
                                    Melewati pos 1 terdapat areal yang telah terbakar munkin dilakukan oleh orang yang tak bertanggung jawab. Sesekali kami beristirahat mengambil nafas yang tesengal-sengal kemudian lanjut lagi, kami tidak singgah di pos 2, 3, dan 4 mengingat kami harus sampai di pos 5 sebelum malam.  Sepanjang jalan setapak yang terlewati terkadang terdapat batang pohon yang melintang akibat tumbang sehingga memerlukan tenaga lebih untuk menyebranginya dengan beban yang cukup berat di pundak. 
Setelah melewati pos 2, 3, dan 4 beberapa lama kemudian terdapat banyak bongakahan pohon tumbang maupun yang masih berdiri tetapi telah kering akibat pernah terbakar beberapa waktu lalu dan itu menandakan pos 5 telah semakin dekat.
17.05 wita     Dengan langkah dan perjalanan yang melelahkan akhirnya sampai juga di pos 5.  Tanpa menunggu lama tenda dalam carrier di keluarkan untuk segera dipasang. Setelah tenda terpasang barang-barang dalam carrier semua di keluarkan untuk diamankan dalam tenda dari guyuran hujan. Untuk mencegah masuk angin pakaian basah yang masih melekat di badan kami ganti dengan pakaian kering.
18. 00 wita    karena lapar sudah terasa, saya memutuskan untuk segera memasak nasi dan indomie instant. Kami memasak dengan menggunakan Tranggia tepat di depan mulut tenda berhubung di luar masih hujan.  Sumber air di pos 5 berada cukup jauh di sebelah kiri jalan setapak, namun kami tidak perlu pusing mencari sumber air, sebab kami bisa memanfaatkan air hujan yang sengaja kami tampung di atas Flysheet  untuk di minum atau buat memasak. Sebagai alat penerangan kami menggunakan Head Lamp.
19. 07 wita    masakan telah siap saji, cuaca yang cukup dingin sangat pas dengan makanan yang masih hangat, kami berdua pun menyantap makanan yang masih  hangat tersebut. Setelah makan malam di lanjutkan dengan memasak air panas untuk membuat teh untuk menghangatkan tubuh dengan menikmati cemilan sambil berbincang – bincang mengenai perjalanan tadi yang sangat melelahkan. adapun rencana perjalanan besok  kami sepakat untuk hanya sampai di Pos 7. Untuk di ketahui cuaca di Pos 5 kira-kira sekitar 21 derajat celcius, ukuran yang cukup dingin untuk daerah tropis.
20. 30 wita    setelah selesai bincang –bincang kami memutuskan untuk beristirahat dan tidur, malam itu kami cepat tidur berhubung hujan yang tidak berhenti meskipun tidak keras tetapi membuat kami tidak bisa berbuat apa-apa di luar tenda. Untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin kami tidur menggunakan jaket dan sleeping bag (SB).
07. 30 wita    Pagi itu tidak hujan lagi, namun matahari belum jg menampakkan dirinya karena mendung dan terhalang kabut tebal. Saya segera keluar tenda dan mengambil air hujan yang cukup banyak tertampung di atas flysheet digunakan untuk mengisi botol air minum yang kosong dan keperluan memasak dan cuci peralatan makan yang semalam belum di cuci.
08.15 wita     kami memasak kemudian sarapan pagi, menu pagi itu sama dengan yang menu makan malam hanya saja di tambah dengan satu kaleng ikan Sardine sehingga jadi lebih lezat.
                                    Selesai sarapan saya menjemur carrier dan semua pakaian yang basah  di bawah langit yang cerah namun tanpa panas matahari. Kemudian untuk pertama kalinya kami mengeluarkan kamera untuk berfoto di sekitar pos 5 tersebut. Pemandangan pagi itu benar-benar  sangat indah. Sesekali saya berkeliling melihat pemandangan. Kanda Fauzan menunjukkan kepada saya posisi pos 7 yang berada di salah satu puncak yang hanya sesekali terlihat akibat terhalang kabut. Puncang bawakaraeng sendiri tidak dapat terlihat dari pos 5 karena terhalang puncak pos 7.
                                    Hingga hari semakin siang kami belum meninggalkan pos 5, bahkan kami sempat berfikir hanya sampai pada pos 5, mengingat cuaca yang kurang bersahabat. Namun niat itu urung kami lakukan dan tetap berharap bisa sampai pada pos 7. Meski hari sudah agak siang tetap saja mendung.
11. 25 wita    Tiba-tiba saya mendengar seperti suara orang dari bawah, dan benar dugaanku tak beberapa lama muncul 5 orang pendaki menuju kearah kami, sambil memberi salam mereka juga memperkenalkan diri mereka, mereka adalah wartawan dari salah satu TV lokal di Makassar yaitu Fajar TV, ternyata salah satu dari mereka adalah junior kanda fauzan di Universitas Fajar (UNIFA) sehingga kami cepat akrab.
11. 55 wita    berselang sekitar 30 menit muncul lagi rombongan 6 orang dari gabungan Tim SAR UNHAS dan SAR Tamalanrea Makassar sehingga jumlah kami di pos 5 saat itu 13 orang yang terdiri dari 3 kelompok. Sambil mereka masak dan makan kami juga melepas tenda kemudian packing barang untuk melanjutkan perjalanan, tiba-tiba gerimis pun turun lagi sehingga kami pun berteduh dibawah ponco yang masih terpasang.
13. 00 wita    setelah gerimis berhenti kami mengajak rombongan wartawan dari fajar TV untuk melanjutkan perjalanan dan pamit terlebih dahulu dengan tim SAR Gabungan. Sepanjang perjalanan menuju pos 6 kami meninggalkan rombongan wartawan tersebut yang berjalan lebih lambat dibanding kami yang memang telah beristrahat sejak semalam dan kami berniat menunggu mereka di pos 6. Diantara pos 5 dengan 6 terdapat hamparan bunga edelweiss yang sangat banyak dan saya juga melihat dua buah patok yang merupakan in memorian pendaki yang meninggal saat melakukan pendakian. Antara pos 5 dengan pos 6 merupakan daerah yang terbuka karena wilayah itu pernah terbakar sehinnga bongkahan peponan yang tumbang terdapat dimana mana. Namun kabut yang tebal menghalangi pandangan, jarak pandang terkadang diperkirakan kurang lebih hanya 70 meter.
13. 30 wita    kami tiba di pos 6 dan bermaksud beristirahat sejenak sambil menunggu rombongan wartawan yang kami tinggalkan di perjalanan. Namun baru sekitar 30 menit kemudian baru mereka muncul dan ternyata salah satu dari mereka trouble sehingga mereka harus berjalan dengan lambat, beruntung saat itu saat itu rombongan SAR gabungan menyusul sehingga dapat memanfaatkan obat yang mereka bawa. Pos 6 merupakan daerah lembah dan daerah yang sangat rimbun.
14. 15 wita    kami meninggalkan Pos 6, mengingat waktu istrahat sudah terlalu lama dan perjalanan masih cukup jauh. Medan dari pos 6 lebih mendaki dari pada pos 5 sehingga terkadang harus memanfaatkan pohon sebagai bantuan. Pohon-pohon yang terbungkus lumut tebal menandakan suhu yang cukup dingin pada daerah ini. Dan yang lebih unik adalah pohon-pohon yang sangat pendek namun diperkirakan sudah sangat berumur tua, tinggi pohon tersebut kira hanya 2-3 meter bahkan ada yang hanya kurang lebih 1 meter saja. Sebelum mencapai Pos 7 terlebih dahulu terdapat puncak Sorabaya dengan ketinggian 2560 mdpl dan perupakan percabangan jalan meuju lembah Ramma. Di tempat ini kami memanfaatkan untuk berfoto karena pemandangannya yang cukup indah.
15. 05 wita    setelah berjalan kira-kira 100 meter dari puncak sorabaya, kami tiba di pos 7, kami beristirahat sejenak dan menyusul SAR gabungan tiba di pos 7, momen itu kami manfaatkan untuk berfoto namun kendala kabut  memebuat hasil kamera kurang jelas. Tanpa berlama kami semua melanjutkan perjalanan menuju pos delapan dengan jalur menurun namun bukan berarti perjalan lebih mudah sebab disisi kiri merupakan daerah terjal sehingga kami harus berhati-hati, Setelah penurunan kami harus kembali mendaki, jalur ini merupakan jalur yang cukup panjang diantara pos lainnya dan lebih rumit, ini merukan jalur baru pasca longsor sehingga harus di alihkan, yang sebelumnya melalui puncak sorabaya menuju lembah ramma.
17.00 wita     sampailah kami di pos 8, kami sempat berfikir untuk melanjutkan ke pos 9 namun niat itu kami urungkan karena masih ada beberapa teman yang belum sampai, setelah semua rombongan SAR gabungan tiba, kami memutuskan untuk camp di pos 8 dengan pertimbangan kondisi air kemunkinan tidak ada  di pos 9 karena melihat di pos 8 saja air sungai tidak mengalir. setelah sepakat untuk camp di pos 8 kami semua memasang tenda masing-masing.
18. 10 wita    setelah tenda terpasang saya dan kanda fauzan mulai memasak nasi dan air panas untuk indomie dan kopi.sumber air di pos 8 adalah sungai namun saat itu tidak mengalir dan hanya terdapat pada kubangan-kubangan, airnya pun agak berwarna kehijau-hijauan karena lumut. Beberapa lama kemudian rombongan dari wartawan fajar TV juga tiba.
19.00 wita     kami makan malam dan bersiap untuk beristrahat, namun sebelum beristrahat kami berbincang-bincang dengan ketua SAR UNHAS sambil menikmati makanan ringan dan teh hangat.
20.30 wita     saya memutuskan untuk cepat beristrahat mengingat kami juga tidak banyak kegiatan yang dapat dilakukan karena cuaca yang sangat dingin yang mencapai sekitar 15 derajat celcius. Dengan memanfaatkan jaket dan SB sebagai penghangat badan, saya dapat tertidur dengan nyenyak.

Jum’at, 27 November 2009
06.30 wita     pagi yang cerah membangunkan kami, tanpa berlama-lama kami segera mempersiapkan perlengkapan seadanya, saya dan kanda Fauzan bergegas menuju puncak, kami hanya membawa 2 botol air minum dan sedikit makanan ringan, kami meninggalkan barang-barang dan tenda di pos 8 sebab masih ada rekan dari SAR UNHAS yg tetap tinggal untuk  menjaga camp, dan ternyata sebagian teman dari SAR gabungan telah lebih dahulu menuju puncak.dan kami pun menyusulnya.  Hari itu adalah hari yang berbeda buat saya karena harus merasakan idul adha di gunung tanpa keluarga, setelah berniat lebaran dalam hati, kami mulai jalan menuju puncak dengan melalui pos 9 meskipun tanpa beban berat namun pendakian tetap cukup melelahkan dari pos 9 menuju pos 10 medannya leih sulit lagi namun pemandangan yang begitu indah perlahan menghilangkan rasa lelah di tambah dengan hamparan bunga abadi/edelweis. Yang sangat cantik.
07.00 wita kami tiba di puncak dan menemukan rombongan masyarakat yang telah melaksanakan shalat idul adha, mereka berjumlah 17 0rang mereka adalah warga setempat namun menurut informasi dari mereka, sudah ada yang turun sekitar 13 orang. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke puncak yang di tandai dengan adanya beton sebagai titik tertinggi Gunung Bawakaraeng dengan ketinggian 2830 mdpl yang berada tidak jauh dari camp masyarakat yang telah melaksanakan shalat idul adha, titik tertinggi ini juga adalah pos 10 gunung bawa karaeng. Di puncak ini kanda fauzan menghubungi Posko SAR UNHAS yabg berada di makassar denga menggunakan Handy Talky untuk melaporkan posisi serta situasi di Puncak Gunung Bawakaraeng, setelah itu dilanjutkan dengan berfoto-foto bersama, salah satu momen yang tak ingin kami lewatkan. Cuaca di puncak juga cukup cerah.
07.30 wita     kami turun dari puncak menuju camp masyarakat untuk mendata dan mencari informasi, menurut mereka di puncak bawakaraeng adalah salah satu tempat suci sehingga melaksanakan shalat idul adha di tempat tersebut, namun saat itu tidak ada ritual-ritual yang dilakukan, bahkan acara kurban pun tidak, hanya salah salah satu dari mereka menyatakan bahwa mereka Cuma bisa berkorban perasaan yang di ucapakan dengan nada bercanda dan dalam bahasa makassar. Mereka juga mengaku dari keluarga Tata Rasyid yaitu salah satu orang yang mereka hormati di daerahnya.
08.30 wita     kami memutuskan untuk turun dan kembali ke pos 8 berhubung masyarakat jg sudah bersiap untuk pulang. Sebenarnya masih ada pos setelah pos 10 yaitu jalur menuju gunung lompo battang, namun kami tidak memiliki tujuan kesana. Sepanjang perjalanan pulang di lalui dengan medan penurunan. Melewati pos 9 menuju pos 8 kami bertemu dengan rombongan wartawan fajar TV yang baru akan menuju puncak.
09.00 wita     kami tiba di pos 8, saya dan kanda Fauzan sudah mulai Packing barang untuk pulang lebih dahulu.
09.30 wita     Barang telah siap kami berdua pamit dengan rombongan SAR unhas dan SAR Tamalanrea, medan pos 8 ke pos 7 sama sulit ketika dari pos 7 ke pos 8 bedanya hanya kami harus mendaki. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan 2 orang pendaki yang tidak lain adalah orang yang kami kenal yaitu yang akrab di Panggil Bang Nevi  dan yang satu adalah senior MAPALA STIK Tamalate Makassar. Kanda Fauzan menyempatkan berbincang sejenak sebelum akhirnya kami  melanjutkan perjalanan.
11.40 wita     kami tiba di pos 5 dan memutuskan untuk beristirahat sambil menunggu  waktu shalat jum’ at berlalu. Waktu istrahat kami manfaatkan untuk menikmati makanan ringan dan minuman yang telah di campur dengan nutrisari sebagai pelepas dahaga. Tiba-tiba muncul seorang masyarakat yg juga turun dari puncak bawakaraeng yang telah melaksanakan shalat idul adha, orang tersebut sempat bertanya kepada kami “adakah teman saya yang lewat di jalur ini” (dengan bahasa makassar) kanda fauzan menjawab “belum ada”. Menurut orang tersebut ada 2 orang temannya yang telah jalan lebih dahulu, setelah itu kami menunjukkan jalur menuju desa lembanna kepada orang tersebut.
12.30 wita     kami meninggalkan pos 5 dan melanjutkan perjalanan langsung menuju desa lembanna dengan cuaca yang mulai kembali mendung dan kemunkinan akan turun hujan.
13.15 wita     sekitar 45  menit berjalan kami telah berada di antara pos 4 dan pos 3, kami merasa seperti ada yang mengukuti kami, ketika menoleh kebelakang kami melihat 2 orang, untuk itu kami memutuskan untuk singgah, ketika orang tersebut mendekati kami mereka menanyakan 3 temannya. Kami menjawab bahwa baru 1 orang yang turun melalui jalur ini, setelah berbincang dan mempelajari masalahnya masalahnya kami menyimpulkan bahwa kedua temannya yang mereka cari turun melalui puncak sorabaya menuju lembah ramma, dan 3 masyarakat yang melulai jalur ini adalah kesasar, sehingga kami menyarankan untuk tetap turun melalui desa lembanna, nanti di desa lembanna mereka menggunakan pete-pete menjuju desa mereka.
13.30 wita     kami berjalan bersama dengan kedua masyarakat yang kesasar tersebut menuju desa lembanna, namun ketika tiba di pesimpangan jalan yaitu jalan lain menuju lembah ramma kami sarankan untuk memilih jalur, namun mereka memilih  untuk tetap melanjutkan perjalanan bersama kami, dengan pertimbangan jalur menuju lembah ramma cukup jauh, sedangkan untuk mencapai desa lembanna menyisakan waktu perjalanan kurang lebih 1 jam lagi.
14.30 wita     kami tiba di pos 1, kami beristrahat sejenak untuk minum, kami menunjukkan jalan yang harus dilalui kepada kedua masyarakat yang bersama kami untuk berjalan lebih dahulu dan kemudian kami mengikuti dari belakang. Tidak lama kemudian hujan mulai turun. Berada di hutan pinus  dan melihat perkebunan masyarakat bertanda kami sudah akan masuk desa lembanna. Dengan di guyur hujan kami berjalan di antara petak-petak perkebunan masyarakat yang membentang luas dan menghijau.
15.30 wita     akhirnya kami tiba di desa lembanna dan rumah salah satu masyarakat yang bernama Tata Supu. Mereka menyambut kami dengan sangat ramah bahkan mereka menyuguhkan makan siang untuk kami. Kami beristirahat di rumah Tata supu sambil menunggu hujan reda untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju kota makassar.
16. 15 wita    karena hujan sudah reda, kami meninggalkan rumah Tata Supu menuju kota makassar dengan menggunakan kendaraan bermotor, saya sempat berfikir untuk membeli bunga edelweis di Malino namun keputusan tersebut saya urungkan, ketika memasuki kota makassar ban motor kami bocor sehingga harus segera di tambal di bengkel.
18.05 wita     setelah ban motor telah selesai di tambal kami pelanjutkan perjalanan menuju rumah kanda Fauzan
18.30 wita     kami tiba dirumah kanda fauzan, saya langsung mandi kemudian memasak untuk makan malam, lucunya saya memasak masih menggunakan Trangia yang harusnya di gunakan saat di gunung. Kemudian makan malam dan istrahat.

07.00 wita     kami bangun dan sarapan pagi kemudian berangkat menuju Sekretariat MAHORPALA UNM untuk mengembalikan Trangia, namun karena sekretariat lagi kosong kami memutuskan untuk mencari tempat Bordir untuk menyulam lambang SAR bahkan saya masuk ke Mall Panakukang dengan menenteng Trangia sebenarnya malu juga sih tapi kata kanda Fauzan “cuek saja lagiii”.
11.45 wita     setelah berkeliling kota makassar kami kembali kerumah kanda fauzan untuk bersiap pulang ke pinrang. Dan trangia kami titipkan pada salah satu Mahasiswa UNM untuk di sampaikan kepada Pengurus Mahormala UNM.
13. 50 wita    kami meninggalkan rumah kanda Fauzan menuju pinrang, beruntung siang itu cuaca tidak panas hanya tampak mendung bahkan di perkirakan akan turun hujan namun sepanjang perjalanan tidak turun hujan. Ketika tiba di pelabuhan pare-pare kami singgah membeli es teller untuk melepaskan dahaga setelah perjalanan panjang melewati kabupaten demi kabupaten yang jalananannya masih dalam tahap pekerjaan dan sangat menguras tenaga. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan kembali.
17.30 wita     kami tiba di sekretariat MAPATEK sebelum adzan maghrib berkumandang, rasa capek dan lelah sangat terasa sehingga kami ingin cepat-cepat untuk beristirahat. Sampai disinilah sekilas perjalanan kami………..

RINCIAN ANGGARAN BIAYA
PENDAKIAN 1430 H BAWAKARAENG 2830 mdpl

Perlengkapan
1.    Spritus                  1 Bks @ Rp. 12.000,-                                   = Rp. 12.000
2.    Lilin                       1 Pack @ Rp. 5.000,-                                   = Rp.   5.000
3.    Batteray Alkaline 2 bh @ Rp. 5000,-                                        = Rp. 10.000
4.    Korek Gas           1 bh @ Rp. 1.000,-                                       = Rp.   1.000

Konsumsi
1.    Mie Instant 10 bks @ Rp. 1.500,-                                              = Rp. 15.000,-
2.    Kopi susu 4 sachet @ Rp. 1.000,-                                            = Rp.   4.000,-
3.    Susu coklat 4 (sachet) @ Rp. 1.000,-                                       = Rp.   4.000,-
4.    Nutrisari 6 (enam sachet) @ Rp. 500,-                         = Rp.   3.000
5.    Teh celup 1 Pack @ Rp. 5.000                                                 = Rp.   5.000,-
6.    Rokok malrboro 1 (satu) bks @ Rp. 9.000,-                            = Rp.   9.000
7.    wafer coklat 5 bks @ Rp. 1.000,-                                              = Rp.   5.000,-
8.    Roti 4 bh @ Rp. 1.000                                                                = Rp.   4.000,-
9.    Ikan sardine 3 kaleng @ Rp.2.500                                           = Rp.   7.500,-
10. Telur asin 3 Bh @ 1.500                                                            = Rp.   4.500,-


Transportasi
1.    Ongkos mobil panther    Pinrang – Makasaar                         = Rp. 40.000,-
2.    Beli  bensin Motor           Pinrang - makassar                          = Rp. 20.000,-
Makassar – Gowa (PP)                   = Rp. 20.000,-
Makassar - Pinrang                          = Rp. 20.000,-

BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Gunung Bawakaraeng berada di wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Di lereng gunung ini terdapat wilayah ketinggian, Malino, tempat wisata terkenal di Sulawesi Selatan
Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali. Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijjah
Pada tanggal 26 Mei 2004, terjadi tragedi longsor di kaki Gunung Bawakaraeng, tepatnya di Kecamatan Tinggimoncong.
Gunung Bawakaraeng berdiri dengan ketinggian 2.830m d.p.l, dan berada pada posisi 119°56'40" BT dan 05°19'01" LS. dan suhu minimum adalah sekitar 17°C hingga maksimum 25°C.
B.   Saran
1.       Dalam melakukan pendakian agar kiranya harus lebih terencana, baik itu persiapan fisik, mental, peralatan dan sebaginya.
2.       Agar di buatkan kerangka sistematika penulisan laporan, sehingga para anggota yang telah melakukan perjalanan / pendakian / ekpedisi dapat dengan mudah menyusun laporan secara sistematis.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar