Minggu, 09 Januari 2011

kanker seviks


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
.
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang tersering dijumpai di Indonesia baik diantara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker, kejadiannya hampir 27% diantara penyakit kanker di Indonesia.
Diantara tumor ganas ginekologik, kanker serviks uterus masih menduduki peringkat pertama di Indonesia. Selama kurun waktu 5 tahun (1975-1979) di RSUGM/RSUP Sardjito 179 diantara 263 kasus (68,1%). Soeripto dkk menemukan frekuensi relatif karsinoma serviks di Propinsi D.I.Y 25,7% dalam kurun 3 tahun dan 20,0% dalam kurun 2 tahun diantara 5 jenis kanker terbanyak pada wanita sebagai peringkat pertama. Umur penderita 30-60 tahun, terbanyak antara 45-50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita berusia < 35 tahun menunjukan kanker serviks yang invasif pada saat didiagnosa, sedangkan 53% dari KIS terdapat pada wanita dibawah usia 35 tahun.

1.2.   Tujuan
·        Memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
·        Agar mahasiswa mengetahui pengertian kanker servik
·        Agar mahasiswa mengetahui faktor risiko kanker servik
·        Agar mahasiswa mengetahui tanda-tanda pada fase pra kanker
·        Agar mahasiswa mengetahui pencegahan dan pengobatan untuk kanker servik


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Pengertian Kanker servik
Kanker servik adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daearah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak di antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Layaknya semua kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker.

2.2.   Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks adalah :
1.      Hubungan Seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena servik.
2.      Berganti-ganti pasangan seksual.
Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan kanker servik, penis dan vulva.


3.      Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kankere servik dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
4.      Defisiensi zat gizi
Defisiensi asam folat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang serta mungkin juga meningkatkan resiko terjadinya kanker servik pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retionol ( vitamin A)
5.      Trauma
6.      Kronis pada Servik seperti persalinan, infeksi dan iritasi menahun

2.3.   Tanda-tanda pada fase pra kanker
1.      Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina
2.      Pendarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi pendarahan
3.      Timbulnya pendarahan setelah masa menopause
4.      dapat bercampur dengan darah.
5.      Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis.
6.      Timbul nyeri panggul (velvis) atau diperut bagaian bawah bila ada radang panggul. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
7.      Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, bengkak kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum).

2.4.   Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1.         Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2.         Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3.         Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4.         Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5.         Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6.         Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7.         Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.


2.5.   Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks
Mikroskopis
1.      Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tdk dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2.      Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3.      Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4.      Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5.      Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.

2.6.   Pemeriksaan diagnostic
1.      Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2.      Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3.      Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
4.      Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5.      Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6.      Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

2.7.   Pencegahan
1.      Penggunaan kondom saat berhubungan seks dapat membantu pencegahan penularan penyakit infeksi menular seperti Gonorrhoe, chlamydia, sifilis dan HIV /AIDS
2.      Menghindari merokok, meningkatkan derajat kesehatan secra umum dan mencegah CIN (cervical intraepitelial neoplasia) dan kanker leher rahim
3.      Menghindari pencucian vagina Sering kita melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu. Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun deodoran. "Douching atau cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks

2.8.   Pengobatan
Seperti pada kejadian penyakit yang lain, jika perubahan awal dapat dideteksi seawal mungkin, tindakan pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Jika perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum diberikan adalah dengan:
1.      Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
2.      Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher rahimnya.
3.      Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal







BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Mendiagnosis tumor ganas pada serviks uterus tidaklah sulit, apalagi bila tingkatannya sudah agak lanjut. Dengan memperhatikan perubahan diplastik dari epitel servik, penanganan yang sederhana tetapi benar akan menghindarkan wanita dari kanker serviks. Bilamana deteksi dini dapat diupayakan, maka angka kematian wanita karena kanker serviks pastinya akan berkurang
.
3.2. Saran
·        Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu adanya keluhan.
·        Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR
·        Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas kesehatan/ dokter. Apabila perlu pengobatan, jangan ditunda.


DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka, 2008.
Verralls, Sylvia. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta: EGC, 1997.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar